
Agam Al Usmani | 17 Desember 22:13 |
Monday, 17 December 2012 14:48
Oleh Mawardi Usman | Ketua MAPESA (Masyarakat Peduli Sejarah Aceh)
Lamuri merupakan suatu daerah yang berada di perbukitan yang tandus Desa Lamreh Kecamantan Baiturrahman wilayah Aceh Besar. Luas benteng diperkirakan 300 hektar dan merupakan perbukitan yang terhubung dengan kaki pergununggan Seulawah yang merupakat deretan pergunungan bukit barisan yang merupakan lintasannya meliputi Aceh Medan sampai ke Tanjung Semenanjung Selat Sunda.
Lokasi Lamuri yang merupakan daerah inti yang ditemukan beberapa peninggalan cagar budaya setelah di survey oleh ahli peneliti sejarah Islam Nusantara dibawah bendera CISAH (Central Information For Samudera Pasai Heritage) dan di dampingi oleh MAPESA (Masyarakat Peduli Sejarah Aceh).
Dalam exspedisi ini penelitian dipimpin lansung oleh Ustd Taqiyyudin Muhammad dan Deddy Satria yang merupakan pakar Arkeologi lususan UGM yang konsen dalam mengungkap peradaban peradaban lama melalui keahliannya.
Pentingnya Situs Lamuri
Lamuri merupakan sebuah tinggalan kerajaan Islam Pra Aceh Darussalam dan merupakan cikal bakan berdiri keraaajn Aceh baik dari nasab maupun hal hal lainnya, misalnya menurut hasil penulusiran sementara penyebaran nisan pengen bangan pengaruhnya misalnya pada Komplek makam Tuan di Kandang yang berada di Kampong Pande dan beberapa makam di Pango Raya Ulee kareng, Neusu Aceh, Kandang Pidie, Lam Lhom Lhok nga dan di Meureuhom daya.
Hal itu merupakan petunjuk bahwa pengaruh Lamuri itu meluas dan melebur menjadi Aceh Darussalam. Selain nisan dan tembikar di lamuri juga ditemukan pondasi pondasi dam dua benteng yang besar dan kokoh yaitu Benteng yang pernah di gunakan kembali oleh Laksamana Malahayati dan dikenal dengan benteng inoeng bale dan benteng kuta lubok yang merupakan sebuah benteng yang kokoh dan mempunyai seni bangunan yang luar biasa dengan tegak derdiri satu kastil yang tersisa.
Lamuri di anggap penting karena bukan hanya nisan biasa disana ditemukan beberapa mata ung cina dan tembikar yang menunjukkan peradaban kejayaan islam yang sangat penting untuk dilestarikan dalam catatan yang di keluarkan Cisah yang di tulis lansung oleh Ustad Taqiyyuddin Muhammad Lc dari hasil survey di permukaan yang dilakukan beberapa bulan yang lalu dan ini merupakan data-data awal dari lokasi tinggalan sejarah di Lamreh, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar diantaranya terdapat 17 komplek kurang lebih 84 batu nisan dengan berbagai kondisi dan dari 84 batu nisan, 28 batu nisan di antaranya adalah batu nisan bersurat yang memiliki nilai sejarah yang teramat penting.
Hal ini dapat dilihat dari epitaf pada batu-batu nisan bersurat itu ditemukan 10 nama penguasa atau raja yang pernah memerintah, di samping beberapa nama tokoh lainnya:
1. Malik Syamsuddin (W. 822 H)
2. Malik 'Alawuddin (W. 822 H)
3. [Malik?] Muzhhiruddin (W. 832 H)
4. Sultan Muhammad bin 'Alawuddin (W. 834 H)
5. Malik Nizar bin Zaid (W. 837 H)
6. Malik Zaid (bin Nizar?) (W. 840 H)
7. Malik Jawwaduddin (W. 842 H)
8. Malik Zainal 'Abidin (W. 845 H?)
9. Malik Muhammad Syah (W. 848 H)
10. Sultan Muhammad Syah (W. 908 H?)
Temuan serta batu nisan yang dijumpai adalah sebaran tembikar dan keramik yang luas dan padat, begitu pula beberapa sturktur tembok. Salah satu makam yang berada di puncak tertingi dari perbukitan Lamreh terbuat dari batu granit dengan gaya yang hampir mirip dengan batu nisan makam Sultan Muhammad Al-Malik Azh-Zhahir di Beuringen, Samudera, Aceh Utara.
Dari data data di atas dapat kita simpulkan bahwa betapa pentingnya lamuri harus di pertahankan, dalam hal ini undang undang Negara republic Indonesia pasal tentang Cagat budaya yang harus dilindungi sesuai dengan UU Nomor 11 Tahun 2010, dalam hal serupa pemerintah pusat melalui Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Aceh juga telah meminta Bupati Aceh Besar untuk segera menetapkan Situs Lamuri sebagai Cagar Budaya.
Penetapan ini agar situs yang ada di lamuri bisa terjaga dan tidak di salah gunakan. Karena selama ini situs tersebut belum ada penetapan dari Pemerintah Aceh Besar.
Dalam beberapa bulan sebelum ini MAPESA telah melakukakn kampanye peyelatan situs lamuri melalui berbagai medianisalnya facebook, twiter, blog, dan jaringan social lainnya MAPESA juga mengampanyekan di media elektronik berupa talk show di stasion televisi Lokal dan talkshow melalui tradio radio.
Selain itu, MAPESA juga telah melakukkan beberapa maperan penyelamatan situs lamuri di beberapa ibent seperti pada hari milad kota banda Aceh dan secara kolektif MAPESA melakukkan pameran di depan Mesjid Raya Baiturrahman selama seminggu penuh. Inilah sekilas usaha yang bisa dilakukan MAPESA. Kami berharap, gaung untuk kesadaran sejarah bisa semakin bergema. Kita tidak akan menjadi bangsa yang besar tanpa memberikan penghargaan kepada sejarah bangsa kita. Wallahu a'lam bishshawab.. terimakasih buat kanda saya Teuku Zulkhairi
Dimohon Kritik dan sarannya .....
http://www.suaraaceh.com/suaraaceh-rss/2047-lamuri-dan-sekilas-usaha-mapesa-untuk-menyelamatkannya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar