Meuserayaa bersama MAPESA "MASYARAKAT PEDULI SEJARAH ACEH" dan KOMUNITAS PENCINTA EKSPEDISI SEJARAH NANGGROE ( KPESN) di komplek pemkaman keluarga Cut nyak dhin,,,
GALERI MAPESA
Senin, 31 Desember 2012
MEUSEURAYA DI KOMPLEK MAKAM KELUARGA CUT NYAK DHIEN
Meuserayaa bersama MAPESA "MASYARAKAT PEDULI SEJARAH ACEH" dan KOMUNITAS PENCINTA EKSPEDISI SEJARAH NANGGROE ( KPESN) di komplek pemkaman keluarga Cut nyak dhin,,,
Kamis, 27 Desember 2012
Meuseuraya
Foto di Ambil saat meuseuraya yang dilakukkan oleh Tim Mapesa dan didukung oleh Lsm Genber dan komunitas I love aceh dan alhamdulillah pengerjaannya hanya membutuhkan waktu satu jam setengah, kondisi memang tidak begitu semak dikarenakan di sekitarnya sudah dijadikan makam keluarga yang punya tanah dan yang anehnya masyarakat dekitar tidah ada yang mengetahui bahwa yange di makam itu adalah sang ulama besar.dan kami sangat mengharapkan agar pemerintah Pidie sesegera mungkin mendaftar situs ini menjadi situs cagar budaya
Berharap Pemkab Pidie Peduli Situs Budaya, MAPESA Bersihkan Makam Syaikh 'Abdur Rahim bin Shalih Al-Madaniy
Monday, 17 December 2012 12:29
SUARAACEH.COM, Pidie | Sebagai bentuk kesadaran sejarah dan kecintaan terhadap para pendahulu, LSM MAPESA ( Masyarakat Peduli Sejarah Aceh) dan didukung oleh LSM GENBER (Generasi Bercahaya Aceh) serta Komunitas I love Aceh laksanakan Meuseuraya (gotong royong ) di Pidie (Minggu 16 Desember 2012).
Kepada SuaraAceh.com, Mawardi Usman, ketua MAPESA mengatakan, mereka telah membersihkan makam yang telah di terjemahkan oleh ahli epigrafi dari CISAH (Central Information for Samudera Pasai Heritage) dengan nama Syaikh 'Abdur Rahim bin Shalih Al-Madaniy. Beliau wafat pada hari Jum'at dalam bulan Ramadhan pada tahun 900-an hijriyah, abad ke-10 H/16 M.
Gotongroyong ini berlokasi di makam Meunasah Keuteumbu, Sanggeu, Pidie, Aceh. Menurut Mawardi, alhamdulillah pengerjaannya hanya membutuhkan waktu satu jam setengah, kondisi memang tidak begitu semak dikarenakan di sekitarnya sudah dijadikan makam keluarga yang punya tanah dan yang anehnya masyarakat dekitar tidah ada yang mengetahui bahwa yang di makam itu adalah sang ulama besar, ujarnya.
Mawardi berharap, agar pemerintah Pidie sesegera mungkin mendaftar situs ini menjadi situs cagar budaya. Kalau kita sendiri tidak bisa menghargai sejarah kita, siapa lagi yang akan menghargainya. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang mennghargai jasa para pahlawannya? (tz)
SUARAACEH.COM, Pidie | Sebagai bentuk kesadaran sejarah dan kecintaan terhadap para pendahulu, LSM MAPESA ( Masyarakat Peduli Sejarah Aceh) dan didukung oleh LSM GENBER (Generasi Bercahaya Aceh) serta Komunitas I love Aceh laksanakan Meuseuraya (gotong royong ) di Pidie (Minggu 16 Desember 2012).
Kepada SuaraAceh.com, Mawardi Usman, ketua MAPESA mengatakan, mereka telah membersihkan makam yang telah di terjemahkan oleh ahli epigrafi dari CISAH (Central Information for Samudera Pasai Heritage) dengan nama Syaikh 'Abdur Rahim bin Shalih Al-Madaniy. Beliau wafat pada hari Jum'at dalam bulan Ramadhan pada tahun 900-an hijriyah, abad ke-10 H/16 M.
Gotongroyong ini berlokasi di makam Meunasah Keuteumbu, Sanggeu, Pidie, Aceh. Menurut Mawardi, alhamdulillah pengerjaannya hanya membutuhkan waktu satu jam setengah, kondisi memang tidak begitu semak dikarenakan di sekitarnya sudah dijadikan makam keluarga yang punya tanah dan yang anehnya masyarakat dekitar tidah ada yang mengetahui bahwa yang di makam itu adalah sang ulama besar, ujarnya.
Mawardi berharap, agar pemerintah Pidie sesegera mungkin mendaftar situs ini menjadi situs cagar budaya. Kalau kita sendiri tidak bisa menghargai sejarah kita, siapa lagi yang akan menghargainya. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang mennghargai jasa para pahlawannya? (tz)
Meuseuraya dimakam Para Raja Raja Aceh Yg di Lamlagang,
Sesaat setelah Meuseuraya dimakam Para Raja Raja Aceh Yg di Lamlagang,
Anak Kecil pun ikut berpatisipasi
Anak Kecil pun ikut berpatisipasi
Komplek makam Saleh salihin
Hasil ekspedisi CISAH ke lhoksemawe
Ini komplek makam yang dikenal dengan "Saleh salihin"--begitu yang sering disebut masyarakat umum. Sebenarnya, komplek makam ini termasuk komplek jirat Tgk. di Batee Bale, Meunasah Meucat, Blang Me, Samudera, Aceh Utara.. Komplek makam tersebut adalah komplek pemakaman Kesultanan Samudra Pasai periode III. Banyak hal yang memprihatinkan menyangkut kondisi pemakaman ini
Selasa, 25 Desember 2012
Plak Pling Temuan Terbaru
Temuan Terbaru Nisan Plak Pling (Nisan Khas Tinggalan Kerajaan Islam Lamuri) dengan ukuran yang lebih besar dari temuan-temuan sebelumnya. pasangan dari nisan ini berinskripsi, yang ditemukan dalam waktu bersamaan dalam keadaan patah dan inskripsinya sebagian telah aus ,
Diperkirakan menyebutkan nama tokoh yang di makamkan di lokasi nisan ini dan menyebutkan tarikh wafatnya.kami mengharapkan kepada Guru kami Meugat Seukandar untuk memastikan apakah benar mengenai penyebutan nama tokoh pada nisan yang baru kami temukan tadi sore.
terima kasih A-Nok Persia telah mengabadikan moment indah ini
Hery Aceh memperlihatkan nisan berinskripsi arab temuannya di bukit lamreh. Diperkirakan nisan tersebut telah berumur 600 tahun. nisan tersbut di temukan dalam keadaan utuh, motif-motif serta inskripsinya masih terlihat jelas.
Sore yang singkat dibawah guyuran hujan di bukit Lamreh
Gambar : saat ziarah ke makam Raja-Raja Lamuri
Gambar : saat ziarah ke makam Raja-Raja Lamuri
Gampoeng Lamreh, Kec. Mesjid Raya, Aceh Besar 25/12/2012
Langganan:
Postingan (Atom)